peluang bisnis online gratis | cari uang gratis

Jumat, 13 Juni 2014

Laporan Perkembangan Modernisasi Alutsista TNI 2014

Akuisisi alutsista TNI
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan 'update' alutsista TNI yang dilaksanakan dalam rangka membangun kekuatan TNI, kepada pimpinan redaksi media, Selasa, 29 April 2014, di Kantor Kemhan, Jakarta.
Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Committee (HLC) mengatakan pembahasan update kali ini merupakan yang ketiga dari gelombang terakhir perkembangan modernisasi alutsista tahun 2010-2014 sebelum masuk kepada tahap terakhir menghadapi HUT TNI pada tanggal 5 Oktober yang akan datang.
Pada tahun 2014 ini juga merupakan tahun kedatangan daripada alutsista untuk menuju kepada tahap akhir dari modernisasi alutsista tahun 2010-2014 yang dilaksanakan oleh Kabinet Indonesia Bersatu ke-2 sebagai bagian dari Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang sampai tahun 2029.
"Yang ingin saya sampaikan disini kepada bapak-bapak sekalian adalah untuk mengetahui alutsista yang kita pesan ini sudah sampai dimana, dan bagaimana perkembangannya hingga saat-saat terakhir ini," kata Sjafrie Sjamsoeddin.
Pada kesempatan itu Wamenhan menyampaikan sejumlah alutsista yang didatangkan dari luar negeri. Beberapa alutsista untuk TNI AD antara lain seperti Kendaraan Taktis (Rantis) 4x4 2,5 ton yang akan masuk seluruhnya pada tahun 2014. Kemudian alutsista jenis Meriam Artileri Medan (Armed) 155 mm atau Howitzer (Caesar) sebanyak 37 unit yang bisa dioperasikan oleh 2 orang Kowan TNI, sehingga efisien dalam penggunaannya. Selain itu Howitzer ini merupakan meriam teknologi digital, dengan transmisi otomatis, serta power steering.
Pada bulan Juni tahun ini alutsista Roket Sistem Multi Laras ASTROS buatan Brazil sebanyak 38 unit dengan harganya USD 404 Juta sudah bisa dikirim. Meriam dengan jarak ratusan kilometer tersebut sudah di uji coba di Brazil. Disamping itu nantinya akan masuk dan bisa hadir pada 5 Oktober 2014 berupa peluru kendali rudal untuk Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) sebanyak 111 unit.  Untuk alutsista TNI AD lainnya yakni berupa Main Battle Tank (MBT) Leopard siap dikirim beserta tank pendukung.
Khusus modernisasi alutsista TNI AL, Wamenhan mengatakan masih memerlukan waktu  untuk penyelesaian beberapa masalah administrasi. Salah satunya yang ada pada alutsista helikopter Anti Kapal Selam (AKS), heli ini belum bisa didatangkan ditahun ini karena masih memerlukan klarifikasi teknis yang perlu diclear-kan dari penggunanya untuk diajukan kepada Kementerian Pertahanan. Sedangkan tank amfibi sebanyak 37 unit sudah hadir dan bisa dilihat sebelumnya di Surabaya.
Untuk TNI AU, terdapat beberapa peralatan militer yang didatangkan dari luar negeri seperti pesawat tempur T-50i yang sudah datang semuanya sebanyak 16 unit yang kemudian dilengkapi oleh pesawat tempur Sukhoi yang juga sudah lengkap sebelumnya. Untuk pesawat Combat SAR EC-75 sebanyak 6 unit dan CN-295 sebanyak 9 unit akan masuk tahun ini. Berhubung pesawat ini merupakan joint production antara PT DI dan Airbus Military maka akan memberikan kontribusi pada industri pertahanan dalam negeri.  Apabila 9 unit itu sudah selesai dikirim maka nanti sepenuhnya PT DI bertugas membangun 7 unit lagi dalam mengisi satu skadron 16 unit yang akan dikerjakan pada Renstra mendatang.
Sementara itu rangkaian kesiapan alutsista yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri, Wamenhan memaparkan terdapat jumlah tambahan dari panser Anoa sebanyak 24 unit sebagai bagian dari 250 unit yang sudah dibuat PT Pindad dari tahun 2007. Selain itu terdapat pelaksanaan retrofit tank ringan AMX-13 sebanyak 13 unit. Terkait retrofit tank AMX 13 ini Wamenhan mengatakan TNI sudah punya tank ringan AMX -13 sebanyak kurang lebih 400 unit tetapi sudah tidak layak lagi sehingga harus diretrofit. Jika industri pertahanan dalam negeri bisa meretrofit tank AMX 13 sejumlah 400 unit maka bisa menjadi potensi untuk memasarkannya ke negara-negara yang memerlukan.
Untuk TNI AL, kapal angkut tank ada 3 unit yang bisa mengangkut tank ringan dan tank berat. Untuk 1 kapal ini kira-kira bisa mengangkut 10 tank ke pulau-pulau yang memerlukan deploy dari tank itu sendiri. Sedangkan alutsista untuk mendukung TNI AU, PT DI sudah menambah lagi helikopter NAS dan pesawat CN-235 Patroli Maritime Aircraft (PMA) yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan patroli maritim.
Mengenai alutsista yang lainnya Wamenhan mengungkapkan telah dipesan helikopter serang Apache 8 unit dari Amerika Serikat, diharapkan akan didatangkan 2 unit pertama pada saat 5 Oktober dan sekaligus latihan bersama AD Amerika Serikat.
Selain itu TNI AU mendatangkan pesawat F-16 sebanyak 24 unit hasil hibah dari Amerika Serikat, yang telah diupgrade menjadi setara dengan block 52. Pesawat ini akan datang secara bertahap mulai pada bulan Juni 2014.
Pemerintah juga membeli pesawat Hercules C-130 dari Australia sebanyak 5 unit dengan harga 906 miliar rupiah. Direncanakan pada bulan Mei 2014 sudah melaksanakan kontrak pengadaannya. Pesawat Hercules ini dibeli dalam keadaan serviceable, dan sudah mulai berdatangan satu persatu. Disamping itu terdapat program hibah dari pemerintah Australia sebanyak 4 unit. Dengan adanya tambahan pesawat 9 unit hasil dari pengadaan dan hibah dari Australia, maka TNI AU sudah memiliki 32 pesawat Hercules untuk memperkuat skadron angkut.

Ikut Lebih Lanjut yuk.... di MARLIYAH
Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada saat-saat kritis selama Perang Kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi, dan tentara nasional. Sebagai kekuatan yang baru lahir, disamping TNI menata dirinya, pada waktu yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan politik bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI dibawah pengaruh mereka melalui “Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI-Masyarakat:. Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata di beberapa daerah dan pemberontakan PKI di Madiun serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang dapat mengancam integritas nasional. Tantangan dari luar negeri yaitu TNI dua kali menghadapi Agresi Militer Belanda yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih modern.

Sadar akan keterbatasan TNI dalam menghadapi agresi Belanda, maka bangsa Indonesia melaksanakan Perang Rakyat Semesta dimana segenap kekuatan TNI dan masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut. Dengan demikian, integritas dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dapat dipertahankan oleh kekuatan TNI bersama rakyat.

Sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), pada akhir tahun 1949 dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai intinya. Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang RI (APRI).

Sistem demokrasi parlementer yang dianut pemerintah pada periode 1950-1959, mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politisi yang terlalu jauh dalam masalah intern TNI mendorong terjadinya Peristiwa 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan adanya keretakan di lingkungan TNI AD. Di sisi lain, campur tangan itu mendorong TNI untuk terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) yang ikut sebagai kontestan dalam Pemilihan Umum tahun 1955.

Periode yang juga disebut Periode Demokrasi Liberal ini diwarnai pula oleh berbagai pemberontakan dalam negeri. Pada tahun 1950 sebagian bekas anggota KNIL melancarkan pemberontakan di Bandung (pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil/APRA), di Makassar Pemberontakan Andi Azis, dan di Maluku pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Sementara itu, DI TII Jawa Barat melebarkan pengaruhnya ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Aceh. Pada tahun 1958 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta) melakukan pemberontakan di sebagian besar Sumatera dan Sulawesi Utara yang membahayakan integritas nasional. Semua pemberontakan itu dapat ditumpas oleh TNI bersama kekuatan komponen bangsa lainnya.

Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Angkatan Bersenjata Republika Indonesia (ABRI) pada tahun 1962 merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun enampuluhan.

Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata di bawah satu komando, diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya, serta tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok politik tertentu. Namun hal tersebut menghadapi berbagai tantangan, terutama dari Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari komunisme internasional yang senantiasa gigih berupaya menanamkan pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia termasuk ke dalam tubuh ABRI melalui penyusupan dan pembinaan khusus, serta memanfaatkan pengaruh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI untuk kepentingan politiknya.

Upaya PKI makin gencar dan memuncak melalui kudeta terhadap pemerintah yang syah oleh G30S/PKI, mengakibatkan bangsa Indonesia saat itu dalam situasi yang sangat kritis. Dalam kondisi tersebut TNI berhasil mengatasi situasi kritis menggagalkan kudeta serta menumpas kekuatan pendukungnya bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat bahkan seluruh rakyat Indonesia.

Dalam situasi yang serba chaos itu, ABRI melaksanakan tugasnya sebagai kekuatan hankam dan sebagai kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan hankam, ABRI menumpas pemberontak PKI dan sisa-sisanya. Sebagai kekuatan sospol ABRI mendorong terciptanya tatanan politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen.

Sementara itu, ABRI tetap melakukan pembenahan diri dengan cara memantapkan integrasi internal. Langkah pertama adalah mengintegrasikan doktrin yang akhirnya melahirkan doktrin ABRI Catur Dharma Eka Karma (Cadek). Doktrin ini berimplikasi kepada reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri. Disisi lain, ABRI juga melakukan integrasi eksternal dalam bentuk kemanunggalan ABRI dengan rakyat yang diaplikasikan melalui program ABRI Masuk Desa (AMD).

Peran, Fungsi dan Tugas TNI (dulu ABRI) juga mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang Nomor: 34 tahun 2004. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa, penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud di atas, dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Tugas pokok itu dibagi 2(dua) yaitu: operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang.

Operasi militer selain perang meliputi operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue) serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

Sementara dalam bidang reformasi internal, TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntutan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik dimasa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, sejak tahun 1998 sebenarnya secara internal TNI telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain:

  • Pertama, merumuskan paradigma baru peran ABRI Abad XXI.
  • Kedua, merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau ke masa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI Abad XXI. 
  • Ketiga, pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan Pimpinan ABRI mulai 1-4-1999 sebagai Transformasi Awal.
  • Keempat, penghapusan Kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih status. (Kep: 03/)/II/1999).  
  • Kelima, penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-I.
  • Keenam, penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik. 
  • Ketujuh, TNI tidak lagi terlibat dalam Politik Praktis/day to day Politics. 
  • Kedelapan, pemutusan hubungan organisatoris dengan Partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada.
  • Kesembilan, komitmen dan konsistensi netralitas TNI dalam Pemilu.
  • Kesepuluh, penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI).
  • Kesebelas, revisi Doktrin TNI disesuaikan dengan Reformasi dan Peran ABRI Abad XXI. 
  • Keduabelas, perubahan Staf Sospol menjadi Staf Komsos.
  • Ketigabelas, perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) menjadi Kepala Staf Teritorial (Kaster). 
  • Keempatbelas, penghapusan Sospoldam, Babinkardam, Sospolrem dan Sospoldim. 
  • Kelimabelas, likuidasi Staf Syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI dan Babinkar ABRI.
  • Keenambelas, penerapan akuntabilitas public terhadap Yayasan-yayasan milik TNI/Badan Usaha Militer. 
  • Ketujuhbelas, likuidasi Organisasi Wakil Panglima TNI. 
  • Kedelapanbelas, penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda. 
  • Kesembilanbelas, penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak tahap penyaringan; 
  • Keduapuluh, penghapusan Posko Kewaspadaan;
  • Keduapuluhsatu, pencabutan materi Sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI. 
  • Keduapuluhdua, likuidasi Organisasi Kaster TNI. 
  • Keduapuluhtiga, likuidasi Staf Komunikasi Sosial (Skomsos) TNI sesuai SKEP Panglima TNI No.21/ VI/ 2005. 
  • Keduapuluh empat, berlakunya doktrinTNI “Tri Dharma Eka Karma (Tridek) menggantikan “Catur Dharma Eka Karma (Cadek) sesuai Keputusan Panglima TNI nomor Kep/2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007.
Sebagai alat pertahanan negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik negara.

Disiplin, Militansi, Semangat Nasionalisme, Patriotisme dan Nilai-Nilai Luhur Bangsa Menuju Indonesia Yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil Dan Makmur Perlu Lebih Ditingkatkan

Panglima TNI Jendral Moeldoko

Pengumuman

Senin, 19 Mei 2014
Pengumuman Lelang Skomlek
Selasa, 5 Februari 2013
Lambang Mabes TNI Yang Baru
Kamis, 31 Mei 2012
Call Center

Polling

Informasi apa yang paling Anda butuhkan dari website ini ?

 
AGENDA KEGIATAN
patriot
download
download
download
persyaratan
beasiswa
PSDP
LPSE
pendidikan

Video TNI

SPR – SS234 
Nama SPR – SS234 diambil dari sistem pengkategorian jenis senjata yang dianut PINDAD, yaitu SPR (Senapan Petembak Runduk) untuk jenis senjata sniper laras panjang, dan nama SS234 diambil dari induk asal (basis) senjata ini, yaitu perkimpoian antara SS2 V4 - PARASNIPER & SS3 V4 - SHARPSHOOTER Bullpup.

SPR – SS234 ini menggunakan peluru dengan kaliber 7,62mm origin PINDAD, dengan muatan 15 butir peluru per pack magazine, dengan sistem tembak tunggal namun pembuangan selongsong peluru & sistem kokang nya otomatis (single shot firing mode) seperti halnya pistol.

Dengan firing mode demikian maka membuat mekanisme mesin senjata lebih simple & ber-efek pada perampingan (efisiensi) dimensi senjata, karena memang desain SPR – SS234 ini lebih fokus pada efisiensi bentuk (space efficiency), fungsi & ergonomic. Menggunakan sistem BULLPUP karena pada sistem ini terdapat advantage pada ukuran panjang laras senjata & material senjata juga terbuat dari logam dengan lapisan anti oksidasi.
POPOR :
 
Dimensi ergonomik jarak antara gagang genggam picu dengan batas akhir popor berasal dari SS2 V4 – PARASNIPER, hanya saja posisi batas akhir popor tempat sandar bahu pada SPR – SS234 ini beberapa sentimeter lebih rendah ke bawah, sehingga saat operator senjata ini membidik melalui tele dengan posisi berdiri-duduk-jongkok (tanpa bipod) maka jatuhnya sandaran popor tepat di posisi tepian dada atas.

Demikian juga dengan melekatkan bantalan karet ber-profil kapsul-bersusun berisi udara hampa pada bumper akhir popor dimaksudkan untuk kenyamanan operator senjata ini saat membidik & menembakan senjata {Gambar 01}.

TELESKOP :
 
Berhubung SPR – SS234 ini didesain sebagai senjata kategori laras panjang tembak tepat jarak jauh (sniper), maka sudah pasti dilengkapi teleskop sebagai unit bawaan orisinil nya.

Teleskop orisinil senjata ini menggunakan unit teleskop milik SS2 V4 PARASNIPER yang sudah di-riset ulang & dimodifikasi khusus untuk keperluan tembak tepat jarak jauh dengan menitikberatkan pada sektor teknologi optik, fungsi & efisiensi bentuk, terutama pada penerapan teknologi lensa & mekanisme pengatur visual fokus jarak tembak, sehingga walupun bentuk & tampilannya tidak se-heboh teleskop senjata sniper pada umumnya namun teleskop yang melekat pada SPR - SS234 mampu memvisualkan dengan baik objek yang berjarak 2000m dari operator senjata ini {Gambar 02}.

Begitu juga pada bentuk kemasan teleskop ini yang juga sudah tersentuh modifikasi di beberapa bagian spesifiknya sehingga teleskop pada senjata ini bisa berganti-ganti opsi visual seperti lensa kuning (Contrast Enchancement Vission),lensa merah (Infrared Vission)& lensa hijau (NightVission) sesuai kebutuhan.

PELINDUNG TELESKOP :
 
SPR – SS234 ini memang didedikasikan untuk profil infantri profesional, yang berarti walaupun sang operator nya sangat ahli mengoperasikan senjata ini untuk menembak tepat jarak jauh namun ia tetap seorang infantri yang wajib mampu bergerak cepat & taktis dalam setiap pertempuran.

Terinspirasi dari senjata FN F2000 buatan Belgia, oleh karena itu desain SPR – SS234 ini juga dilengkapi pelindung teleskop yang pastinya berfungsi untuk melindungi teleskop, terutama dari benturan-benturan apabila operator senjata ini sedang dalam situasi mobilitas tinggi dalam sebuah pertempuran sengit {Gambar 03}.

Pelindung teleskop ini terbuat dari logam yang sama dengan material kemasan senjata. Terpasang orisinil pada SPR – SS234 namun dapat dengan mudah untuk dilepas & dipasang lagi, karena pemasangannya menggunakan sistem Slide Mounting and Lock (selipkan,dorong & kunci).

Penelitian anatomi organ dalam ilmu kedokteran menyatakan bahwa kondisi retina mata tiap manusia berbeda-beda termasuk kemampuan fungsi penglihatannya. Pernyataan tersebut sangat mendukung bila dirunut pada sebuah filosofi yang mengatakan bahwa seorang penembak jitu jarak jauh memiliki setelan pribadi pada unit bidik di senjata yang dioperasikannya. Kedua hal itu lah yang memotivasi pemasangan pelindung teleskop pada desain SPR – SS234, mengingat pentingnya setelan pada unit bidik senjata bagi tiap operator nya.

PEREDAM SUARA (Silencer) :
 
Untuk memenuhi kriteria Stealh (siluman), maka SPR – SS234 juga dilengkapi unit silencer yang juga merupakan part orisinil nya {Gambar 04}.

Didesain khusus sehingga mampu dengan sangat efektif meredam suara ledakan dari tiap tembakan yang dihasilkan senjata ini.

Silencer pada ujung laras senjata terpasang dengan sistem derat halus.

BIPOD :
 
Bipod pada SPR – SS234 terpasang orisinil bawaan, karena bukan hanya dudukan poros kosong pada senjata yang bisa meng-aplikasikan bipod sembarang melainkan bipod pada senjata ini sudah didesain utuh secara mekanis (compact) dengan bagian bonggol pangku senjata yang menganut sistem rel pipa & buka payung, yaitu saat bagian spesifik dari bonggol pangku senjata didorong +/-10cm ke depan sampai batas kuncinya, maka seiring dengan itu juga secara otomatis kedua tungkai bipod yang sedang menempel pada senjata akan bergerak terbuka membentuk huruf “A”, seperti halnya saat kita membuka payung {Gambar 05} dan begitu juga untuk melipatnya dengan melakukan gerakan sebaliknya. Mekanismenya menggunakan sistem susunan roda gigi dengan semua materialnya yang terbuat dari logam antikarat, kecuali tungkai bipod yang terbuat dari bahan carbon.

Tipe tiap tungkai pada bipod adalah teleskopik dengan tabung segitiga. Pengunci setelan ketinggian tiap tungkai ada di ujung tabung bagian bawah dengan menggunakan sistem klip jepit sederhana.

Pada tabung bagian atas terdapat 5 titik cekungan sejajar berjarak masing-masing +/-8cm sebagai tempat jatuhnya pin berbentuk bola kecil dari klip jepit pada tabung bawah, sehingga bipod pada SPR – SS234 memiliki 4 setelan ketinggian dalam menopang senjata saat posisi tembak runduk {Gambar 06}.

Mekanisme tadi juga termasuk susunan poros-poros vertical & horizontal yang memungkinkan senjata yang sedang bertumpu pada bipod tetap mampu bergerak rotasi sampai 30* ke kiri & kanan dari titik jam 12:00, juga 30* menunduk & mendongak.Sehingga bipod pada SPR – SS234 memiliki 4 setelan ketinggian dalam menopang senjata saat posisi tembak runduk.

Kopassus (SAT 81 Gultor)


.
Kopassus (singkatan dari; Komando Pasukan Khusus), adalah Pasukan Khusus yang menjalankan misi rahasia dan operasi Intelijen untuk Pemerintah Republik Indonesia, seperti; Aksi langsung di lapangan, Perang luar biasa, sabotase, membasmi aksi-aksi pemberontakan, Penanganan Anti-Terorisme, dan pengumpulan informasi Intelijen. Kopassus dibentuk Tahun 1952. dan langsung menarik perhatian dunia setelah sukses melaksanakan operasi pembebasan sandera atas pembajakan pesawat Garuda Penerbangan 206.
 Tidak butuh waktu lama, Pasukan Elite ini dengan cepat menyebarkan kampanye militer mereka; menumpaskan para komunis pada akhir tahun 1950-an, kampanye militer di Papua Barat pada Tahun 1965, konfrontasi dengan malaysia dari tahun 1962-1966, pembunuhan massal komunis di Tahun 1965, Invasi di Timor Timur Tahun 1975, dan menyusul kampanye militer mereka, untuk menumpas kelompok-kelompok separatis di wilayah kedaulatan Indonesia.
Fungsi Utama Kopassus;
  • Penanganan Aksi Terorisme
  • Sabotase
  • Pembebasan sandera
  • Membasmi pergerakan kelompok Separatis
  • Pengumpulan Informasi Intelijen
.
Pada 15 April 1952, Kolonel Alexander Evert Kawilarang meletakkan dasar-dasar untuk Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi, sebelum diubah namanya menjadi Kopassus. Daya gerak untuk membangun pengembangan Pasukan Khusus ini adalah, pengalaman ketika menghadapi perlawanan RMS (Republik Maluku Selatan) atau Republic of the South Moluccas. Yang berkomplot dan didukung oleh dua kompeni dari KST (Dutch Korps Speciale Tropen). Indonesia sangat terkejut dan kesulitan dalam menghadapi kemampuan sniper dari KST. Yang mana waktu itu Indonesia belum memiliki senjata sniper tersebut. Lalu mereka berencana untuk membangun Pasukan yang serupa untuk Indonesia. Bagaimanapun, pada waktu itu, tidak ada komandan Militer Indonesia yang memiliki kemampuan yang memadai ataupun pengalamanan yang tinggi dalam operasi khusus. Letnan Kolonel Slamet Riyadi tidak akan lagi melihat mimpinya untuk membentuk unit Pasukan Khusus setelah kematiannya dalam pertempuran dengan kelompok separatis RMS.
Tak lama setelah itu, Kolonel Kawilarang dengan menggunakan Intelijen Militer dan bertemu dengan Mayor Rokus Bernardus Visser – mantan anggota Ducth Special Forces, setelah terjalin perdamaian pada saat pembentukan Negara Indonesia Yang baru merdeka. Ia menetap di Jawa Barat, dan menikahi perempuan Indonesia, dan dikenal sebagai Mohamad Idjon Djanbi. Dia adalah yang pertama dalam perekrutan untuk Pasukan Khusus Indonesia. Setelah itu, unit tersebut kemudian menjadi Kopassus, yang diadopsi oleh kesamaan Baret Merah (Red Beret) milik the Dutch Special Forces.
Singkat kata, dengan Terbentuknya Kopassus saat ini. Banyak memberikan dukungan keamanan atau back-up untuk wilayah kedaulatan Republik Indonesia hingga sekarang. Kopassus beroperasi secara rahasia dan tidak terdeteksi, yang tersebar di berbagai pelosok-pelosok wilayah di Nusantara. Mereka melakukan serangkaian aksi-aksi pembunuhan untuk kepentingan Negara dalam hal memerangi kelompok-kelompok pemberontak Negara. Dan melakukan misi lainnya seperti; penanganan Anti-Terorisme dan pengumpulan Informasi Intelijen, dan hal-hal terkait dengan wilayah kemananan dan kedaulatan Indonesia.
.
Kemenangan Pasukan terletak pada Pasukan Elite, keberaniannya terletak pada Komando, kecakapannya terletak pada penyusunan strategi dan semangat.. dan tindakan yang merugikan orang lain terletak pada pertempurannya yang berulang-ulang.”
  • Sun Tzu dalam The Lost Art of War (1996 terjemahan Indonesia)
Artinya adalah, sehebat apapun sebuah pasukan kalau terus menerus harus berada di medan perang yang sama, pastilah akan mengalami kerugian. Menurut Sun Tzu II, kalaupun menang tentulah ditebus dengan kerugian yang amat perih. Kuncinya adalah, para jenderal yang mengirim serdadu ke medan perang haruslah memperhitungkan kelelahan fisik dan mental yang akan melanda pasukan. Mencapai batas maksimum ketahanan manusia, itulah yang ingin dikejar di pendidikan-pendidikan prajurit komando. Prajurit ditempa dan dibina dengan sangat keras sampai ia merasakan kesakitan yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Ada pihak menyebutnya tidak manusiawi. Tapi apakah perlakuan yang akan diterima seandainya ia tertangkap musuh akan lebih manusiawi? Tentu jika Prajurit yang tertangkap oleh musuh dan ditawan. Dia akan disiksa lebih keras dan diinterogasi lebih kejam daripada yang pernah dibayangkan. Tidak hanya dilatih menghadapi siksaan musuh, juga Prajurit harus mampu bertahan dalam pertempuran yang panjang dan melelahkan.
Jika masuk Pendidikan untuk masuk Tentara saja sangat sulit dengan binaan yang sangat kejam dan melelahkan, lebih sulit dibandingkan dengan masuk Pendidikan Polisi. Maka, tentu untuk menjadi Kopassus, Prajurit dididik dan dibina secara tak berprikemausiaan dan sampai diatas batas maksimal ketahanan mental dan fisik Prajurit. Sehingga lulusan Kopassus adalah lulusan dari Prajurit-prajurit pilihan yang tidak sembarang orang bisa masuk. Pendidikan Kopassus 5 kali lipat lebih ketat, keras, dan kejam daripada pendidikan Komando biasa. Sehingga ada yang mengatakan bahwa 1 orang Prajurit Kopassus, sama saja dengan; 5 orang Tentara Reguler. Itu memang benar, karena keahlian dan kemampuan Prajurit Kopassus diatas rata-rata Tentara Reguler. Dengan begitu menjadikan Kopassus merupakan unit Pasukan Elite Militer yang tangguh dan kuat di segala medan, dan dapat ditempatkan di waktu dan tempat manapun untuk tugas dan misi rahasia.
 Pendidikan Kopassus
                                                                                              B ertahan hidup di Rawa dan Hutan
Dalam proses rekrutmen, Kopassus menerapkan standar di atas rata-rata. Dari postur tubuh, minimal 168 sentimeter. Bahkan di era Prabowo Subianto pernah mencapai 170 sentimeter. Penerapan standar tinggi badan ini tentu dengan maksud untuk mendapatkan sosok prajurit yang tangguh dan berwibawa. Dari semua tahapan pendidikan di atas, materi komando diakui yang paling berat. Namun justru dari sinilah awalnya pembentukan prajurit individu seperti yang dibutuhkan Kopassus sebagai komando tempur. Kenyataannya walau seberat apapun, banyak generasi muda yang tertarik mengabdi kepada Negara dengan masuk dan mendaftar menjadi Prajurit Kopassus.
Kecepatan reaksi tidak hanya harus dimiliki pada saat di medan tempur. Tetapi juga di semak belukar, rawa dan hutan belantara. Prajurit harus bisa bergerak cepat dan taktis dengan senjata mengarah kedepan untuk mengejar musuh yang lari.
Adalah Mayor Inf Sarwo Edhi Wibowo yang banyak membawa angin perubahan dalam pendidikan komando. Komandan ke 4 ini menata materi pendidikan lebih sistematis dan terarah sesuai kebutuhan. Termasuk mencari daerah latihan Akhir dari penyempurnaan adalah ditetapkannya tahapan pendidikan komando: Tahap Basis, Gunung dan Hutan serta Tahap Pendaratan Laut.
                                                            Pendidikan Prajurit Kopassus – medan hutan dan rawa
Waktu pendidikan ditetapkan selama 20 minggu. Periode pelatihan dibagi atas Latihan Dasar Komando (10 minggu), Gunung dan Hutan (enam minggu) dan Pendaratan Laut (empat minggu). Dalam ketiga tahapan ini, siswa komando menerima 63 materi pelajaran seperti teknik tempur, membaca peta, pionir, patroli, survival, mendaki gunung serta pendaratan dengan kapal motor dan pendaratan amfibi.
Materi-materi diarahkan kepada kebutuhan tugas. Meliputi PJD (Pertempuran Jarak Dekat), perang kota, gerilya lawan gerilya, selam militer dan antiteror. Selain Sepursus (Sekolah Pertempuran Khusus), prajurit juga diharuskan mengikuti pendidikan spesialisasi.
Ada dua tahap latihan yang menurut Prajurit yang paling sulit dan mendebarkan dalam sesi Perang Hutan dan rawa, yaitu tahap pelolosan dan Kamp Tawanan.
Pelolosan diawali dengan dilepasnya siswa satu demi satu di sebuah tempat di Nusakambangan. Dalam hitungan tertentu, is harus tiba di save house di pantai Permisan. Pelolosan dimulai pukul 7 pagi hingga paling lambat memasuki save house pukul 10 malam.
Setelah dilepas instruktur, siswa yang tidak dibekali apapun itu harus mampu menembus segala rintangan selama di perjalanan. Rintangan baik dari medan ataupun dari rintangan rekayasa para instruktur. Rintangan rekayasa instruktur bisa berupa tembakan atau dikejar sampai tertangkap. Apa jadinya kalau tertangkap? Bayangkan saja perang sungguhan ketika seorang tentara musuh tertangkap. Dimasukkan ke dalam tahanan lalu diinterogasi dan disiksa sampai buka mulut. Gebukan, tendangan, hantaman benda keras dan sejumlah siksaan lainnya yang mungkin tidak bisa disebutkan, harus diterima bagi yang tertangkap..
Selesai Pelolosan, berikutnya sudah menunggu materi Kamp Tawanan, Jika di Pelolosan hanya yang tertangkap saja yang merasakan siksaan sebagai tawanan, maka di Kamp Tawanan seluruh siswa merasakannya. Selama tiga hari tiga malam, siswa merasakan beratnya menjadi tawanan perang. Pendidikan Latihan ini membuat para Prajurit sadar akan ancaman dan bahaya yang harus mereka alami saat mereka tertangkap dan diinterogasi oleh musuh sebagai tawanan perang.
.
.
Pendidikan Komando adalah Pendidikan dan latihan yang sangat melelahkan dan meruntuhkan mental dan fisik Prajurit. Itulah kesimpulan akhir dari pendidikan komando. Ada yang kuat, setengah kuat dan yang gagal di tengah jalan. Penilaian akhir pendidikan komando dilakukan secara akumulatif dari puluhan materi yang diberikan. Dari penilaian itu akan terlihat kecenderungan, kelebihan dan kekurangan seorang prajurit. Peserta yang gagal biasanya karena sakit. Dan untuk Prajurit yang berhasil lolos dalam Pendidikan, maka ia berhak dan pantas menyandang gelar sebagai Prajurit Kopassus Indonesia. Ada kebanggaan tersendiri ketika seseorang berhasil menjadi Kopassus.
.
.
 
Saat-saat kelulusan Prajurit Kopassus, yang telah dibina dan dididik
secara keras dan kejam
.
.
Prajurit Kopassus dengan mengenakan Baret Merah
.
.
.
Tahap-tahap Pendidikan Komando;
Tahap Pertama (Dasar) – 10 Minggu Pelatihan :
  • Latihan Individu di Batujajar
  • Membentuk Sikap dan Kepribadian Individu
  • Mengisi Kemampuan Teknis
  • Taktik Operasi Komando
  • Pertempuran Perorangan
  • Dasar-dasar Pertempuran Kota
  • Pengetahuan Pendukung
  • Manajerial Lapangan
  • Uji Kemampuan Navigasi Darat
  • Uji kemampuan Perorangan
.
Tahap Kedua (Gunung dan Hutan) – 6 Minggu pelatihan :
  • Perang Hutan dan Pertempuran di Situ Lembang
  • Pemantapan Pengamatan Hutan
  • Kemampuan Individu di Hutan
  • Teknik Dasar Pertempuran
  • Kemampuan kerjasama Tim dan kelompok di dalam Hutan
  • HTF Hutan
  • Aplikasi Long March (PPJJ)
.
Tahap Ketiga (Rawa dan Laut) – 4 Minggu pelatihan :
  • Titik berat Operasi Komando
  • Taktik Pertempuran Rawa di Cilacap dan Nusakambangan
  • Pemantapan Pengamatan Rawa dan Laut
  • Kemampuan Patroli
  • Ilmu Medan Rawa
  • Uji Daya Tahan CAMP
.
.
.
 
Unit khusus Penanggulangan Ancaman Teroris- SAT 81 GULTOR
.
.
Unit SAT 81 Gultor adalah nama satuan dari Kopassus yang sekarang menangani masalah Keamanan dan Ancaman keamanan Negara, lebih difokuskan terhadap masalah Penanggulangan Anti-Terorisme. SAT 81 Gultor singkatan dari Satuan 81 Penanggulangan Aksi terorisme. Konflik yang timbul saat ini seringkali membutuhkan gerak cepat, taktik jitu, dan ketepatan pembacaan situasi, dan penyelesaian atau penumpasan teroris dalam waktu singkat, serta pembebasan sandera, yang kesemuanya merupakan spesialisasi mutlak yang dimiliki Unit SAT 81 Gultor. Seperti pembebasan sandera lintas negara yang pernah dan berhasil dilakukan oleh satuan khusus ini. Saat pembajakan pesawat didalam pesawat Garuda Airline 206 (Operasi Woyla), yang terjadi pada 13 maret 1981 di Bandara Don Muang, Bangkok. Operasi lainnya yaitu pembebasan 26 sandera yang ditawan GPK Kelly Kwalik di Irian Jaya pada 15 mei 1996.
Selain Sat 81 Gultor, Kopassus juga memiliki Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) untuk wilayah pertahanan maritim, yang merupakan gabungan dari Kopaska (Korps Pasukan Katak) dan Taifib(Batalion intai Amfibi). Dan satuan khusus yang dimiliki TNI-AU, yakni; Detasemen Bravo 90 (Bravo 90)yang baru dibentuk pada tahun 1990, yang melaksanakan dukungan operasi udara, dan menetralisir semua aktivitas udara musuh.
.
.
 Kemampuan PASUKAN KOPASSUS
                                                                                    Bela Diri Prajurit
.
.
                                                                           Aksi Prajurit kopassus dalam kegiatan bela diri
.
Prajurit Kopassus juga diajarkan dalam pertarungan Individu dan pertarungan jarak dekat tanpa menggunakan senjata. Maka dari itu, ilmu bela diri adalah sangatlah penting, dan merupakan pertahahan terakhir dari Prajurit Kopassus dalam hal pertahahan dan untuk membunuh musuh dengan tangan kosong.
Penjinakkan Bom
Selain ilmu bela diri, Prajurit kopassus diajarkan bagaimana cara menanggulangi serangan musuh, dalam hal ini melalui penjinakkan bom. Kemampuan ini khusus untuk unit Pasukan Satuan Penanggulangan Teror atau yang dikenal dengan SAT 81 Gultor. Dalam hal ini, Kopassus telah sangat berkembang dalam hal Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga jam terbang yang cukup, yang mereka dapatkan selama ini. Di era yang modern ini, teroris juga telah banyak merajalela di Indonesia dengan menggunakan berbagai macam bom dan bahan peledak lain yang semakin hari semakin berkembang, baik dalam hal; skala ledakan bom maupun ukuran dan jenis bomnya yang beraneka ragam. Mengharuskan Pasukan Khusus ini, Sat 81 Gultor, untuk lebih handal dalam penanganan aksi Terorisme melalui aksi-aksi bom yang sedang marak berkembang di Indonesia.
                       Latihan gabungan antara SAT-81 Kopassus dan SAS.dengan menggunakan robot penjinak bom
Kemampuan Maritim
Prajurit Kopassus juga membekali diri dengan Latihan Maritim untuk meningkatkan kemampuan Maritim, baik kemampuan Kelompok ataupun kemampuan Individu. Kemampuan bukan hanya di darat saja, tetapi di perairan juga menjadi perhatian yang serius bagi Pasukan Elite ini. Mengingat Perairan di Indonesia yang sangat luas dan terbentang dari Sabang sampai Marauke. Membuat kemampuan Maritim ini mutlak diperlukan bagi Prajurit Kopassus. Mensyaratkan berbagai persyaratan untuk kemampuan ini, diantaranya; mampu berenang cepat, mampu menyelam di bawah dasar laut dengan kedalaman tertentu, mampu berenang dengan memegang senjata dan memikul beban yang berat, mampu berenang dengan tangan atau kaki terikat, berenang jauh untuk tujuan meloloskan diri dari sergapan musuh. Dan masih banyak lain persyaratan atau kemampuan taktis lainnya yang mutlak harus dimiliki. unit ini dinamakan Kopaska (Komando Pasukan Katak).
                                                   Simulasi Grup Kopassus (Kopaska) di perairan Indonesia
Taktis dan Pasukan Gerak Cepat
Kopassus juga merupakan pasukan taktis dan pasukan gerak cepat terbaik di Indonesia. Bahkan di dunia, Kopassus sudah tidak diragukan lagi kecepatannya saat membebaskan sandera pada pembajakan pesawat Garuda GA 206 dalam operasi woyla Tahun 1981, saat itu, Kopassus hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk membunuh teroris dan menyelamatkan semua sandera. Ini tentu bukan hal yang mudah dilakukan, sejak saat itu, Kopassus menjadi semakin melegenda dan disegani oleh banyak negara-negara luar, bahkan Amerika sekalipun.
                                                                                              Latihan taktis – pembebasan sandera
.
.
                                                   Latihan gabungan Kopassus dan SAS Australia di Bandara,
.
.
Belakangan ini, saat hubungan Indonesia dan Australia mulai membaik. Keduabelah pihak bersepakat untuk menjalin kerjasama dalam hal Kemanan Internasional dan Penanganan Aksi Terorisme. Maka sering sekali Pihak Pejabat Militer Australia datang berkunjung ke Indonesia untuk sekedar melihat secara langsung simulasi latihan Kopassus, dan juga menjalin hubungan baik dengan cara melaksanakan Latihan gabungan Antara Kopassus Indonesia (Sat 81 Gultor) dan SAS Australia (Australian Special Air Service Regiment) .
                                                      Kopassus- saat latihan gabungan bersama SAS Australia
Walaupun banyak pihak (terutama media-media barat) yang mengatakan bahwa Kopassus banyak melakukan pelanggaran HAM di wilayah Indonesia sendiri, namun itu sama sekali tidak mempengaruhi kinerja kopassus itu sendiri. Kopassus malah  membuktikan diri dan  meningkatkan kemampuannya dalam menjadi Pasukan Elite terbaik dalam skala global. Kopassus kemudian dinobatkan sebagai pasukan Elite terbaik ke-3 di Dunia, setelah Mossad Israel di urutan ke-2, dan SAS Inggris di urutan pertama, yang disurvei oleh Discovery Channel; Military Channel pada Tahun 2008.Yang menjadi kriteria Discovery Channel dalam menempatkan Kopassus dalam urutan Pasukan Khusus Terbaik ke-3 di dunia adalah kemampuan dan kecakapan Individu nya, bukan dinilai dari Peralatan dan Teknologi canggih yang dimiliki. Ini menjadikan Kopassus mendapatkan citra yang positif dari berbagai pihak, dan juga banyak disegani dan dipuji oleh masyarakat Indonesia sendiri, terutama di kalangan generasi muda Indonesia, terlepas dari semua tuduhan pelanggaran HAM yang gencar-gencarnya digembar-gemborkan oleh media barat. Untuk itu, dengan memiliki Satuan Khusus ini, menjadikan rakyat Indonesia bangga dan merasa aman. Teroris tentu harus berpikir ulang jika ingin berhadapan dengan Pasukan elite ini.
.
                                                                   Grup Satuan 81- Penanggulangan Teror (SAT 81- Gultor)
Satuan 81 Penanggulangan Teror adalah unit gerak cepat dalam hal pembebasan sandera, melumpuhkan musuh dengan sekejap, dan melakukan serangkaian Aksi penanggulangan ancaman terorisme lainnya. Kualitasnya pun diakui oleh banyak pihak, bahkan oleh pengamat militer asing, walaupun banyak juga masyarakat Indonesia yang masih meragukan kualitas mereka. Akan tetapi, yang perlu dicatat adalah, Pasukan Elite ini mendapatkan penghargaan menjadi Pasukan Elite terbaik ke-3 di dunia, oleh Discovery Channel, tentu bukan hal yang mudah didapatkan oleh Pasukan Elite manapun di dunia. Bahkan Pasukan Khusus Amerika sekalipun, tidak dimasukkan ke dalam daftar 3 besar Pasukan Khusus terbaik di dunia. Sudah sepatutnya kita, sebagai warga negara Indonesia, bangga memiliki Komando Pasukan Khusus; Kopassus !